Tembus US$4.000, Emas Cetak Rekor Tertinggi Baru Sebagai Aset Safe Haven Global
Depok, majalahinspira.com - Pasar komoditas global kembali dihebohkan dengan pergerakan harga emas yang mencetak rekor baru bersejarah, untuk pertama kalinya melampaui level psikologis US4.031,54 pada perdagangan Rabu pagi di London, menandai kenaikan signifikan sebesar 1,2% selama sesi perdagangan awal.
Fenomena lonjakan harga ini bukan terjadi dalam waktu singkat. Emas telah menunjukkan reli yang paling besar sejak era tahun 1970-an, dengan peningkatan harga lebih dari 50% hanya dalam tahun ini saja. Reli tersebut berlanjut dari kenaikan sebesar 27% pada tahun sebelumnya, 2024, dan 13% pada tahun 2023. Kenaikan yang tiada henti ini didorong oleh sejumlah faktor fundamental dan momentum kuat yang membentuk sentimen pasar. Salah satu pemicu utama adalah ketidakpastian politik di tingkat global, termasuk konflik yang berkelanjutan di Timur Tengah dan Ukraina, yang secara tradisional selalu memicu permintaan akan aset lindung nilai.
Selain konflik fisik, kekhawatiran terhadap ketidakstabilan ekonomi makro juga berperan besar. Penutupan pemerintahan Amerika Serikat yang memasuki minggu kedua, ketidakpastian politik di Prancis dan Jepang, hingga isu terkait kebijakan tarif impor yang diumumkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump, telah memicu kekhawatiran tentang potensi gangguan pada rantai perdagangan dan stabilitas global. Faktor-faktor ini, ditambah dengan pelemahan nilai tukar Dolar AS dan inflasi yang terus membandel, menjadikan instrumen utang kurang menarik sebagai tempat penyimpanan kekayaan, sehingga emas menjadi pilihan yang paling dicari.
Investor terkemuka dan miliarder pendiri Bridgewater Associates, Ray Dalio, bahkan secara terbuka merekomendasikan para investor untuk mengalokasikan sekitar 15% dari total portofolio mereka dalam bentuk emas. Dalam sebuah konferensi ekonomi, Dalio menyamakan lingkungan ekonomi global saat ini dengan kondisi pada awal tahun 1970-an, di mana tingkat inflasi yang tinggi, pengeluaran pemerintah yang besar, dan tingginya tingkat utang telah secara signifikan mengurangi kepercayaan publik terhadap mata uang fiat dan aset investasi tradisional lainnya. Ia menekankan bahwa emas berfungsi sebagai diversifikasi yang sangat baik dalam sebuah portofolio investasi.
Laporan dari beberapa institusi keuangan besar juga menguatkan tren ini. Bank sentral di berbagai negara dikabarkan semakin gencar dalam membeli emas untuk memperkuat cadangan mereka, yang menunjukkan adanya peningkatan pembelian emas oleh apa yang disebut sebagai 'pembeli dengan keyakinan tinggi' yang secara konsisten mengakumulasi logam mulia ini. Sementara itu, Bank of America memperingatkan bahwa meskipun momentum bullish sangat kuat, risiko koreksi harga tetap ada. Namun demikian, para analis dari UBS justru semakin optimistis, memprediksi harga emas akan melanjutkan reli dan berpotensi mencapai US$4.200 per ounce pada akhir tahun, didukung oleh prospek fundamental dan momentum pasar yang tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Emas kini betul-betul menjadi cermin kecemasan global dan barometer utama dalam menentukan perlindungan nilai kekayaan.