Akuisisi Ardhantara Dorong FUTR Jadi Holding Energi Terbarukan, Target Proyek Panas Bumi Rp 1,2 Triliun di Gunung Slamet
Depok, majalahinspira.com - PT Futura Energi Global Tbk (FUTR) mengambil langkah strategis signifikan di industri energi setelah resmi diakuisisi oleh PT Aurora Dhana Nusantara (Ardhantara). Akuisisi yang melibatkan pembelian 45% hingga 49,325% saham FUTR dari pemegang saham pengendali sebelumnya, PT Digital Futurama Global (DFG), ini menandai transformasi total FUTR menjadi perusahaan holding dan pemain utama di sektor Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Indonesia. Perubahan kepemilikan dan arah bisnis ini merupakan respons perusahaan terhadap momentum percepatan transisi energi hijau di tingkat nasional dan global.
Siapa yang terlibat adalah PT Futura Energi Global Tbk (FUTR) dan PT Aurora Dhana Nusantara (Ardhantara) sebagai pengendali baru. Apa yang terjadi adalah akuisisi FUTR oleh Ardhantara dengan tujuan mengubah FUTR menjadi holding perusahaan yang fokus pada EBT. Kapan peristiwa ini terjadi secara resmi setelah penandatanganan term sheet pada Agustus 2025 dan penyelesaian transaksi yang menjadikan Ardhantara pengendali baru. Di mana fokus operasional FUTR akan diarahkan ke berbagai proyek EBT di Indonesia, dengan proyek utama di Jawa Tengah.
Sebagai bagian dari rencana besar pasca-akuisisi, Ardhantara telah menyiapkan sejumlah aksi korporasi dan investasi besar, dengan fokus utama pada pengembangan energi panas bumi atau geothermal. Salah satu proyek utama yang akan diintegrasikan di bawah FUTR adalah pengembangan proyek panas bumi di kawasan Gunung Slamet, Jawa Tengah. Proyek ini memiliki potensi kapasitas besar, diperkirakan mencapai 220 MW, dan telah mengantongi Perjanjian Jual Beli Listrik (Power Purchase Agreement - PPA) dengan PT PLN (Persero).
Untuk mendukung ambisi ini, Ardhantara telah mengalokasikan dana investasi substansial sekitar US$80 juta, atau setara Rp 1,2 triliun, yang akan digunakan untuk eksplorasi awal dan pembangunan infrastruktur proyek Gunung Slamet. Bagaimana rencana ini dijalankan: tahap pengeboran (drilling) proyek panas bumi tersebut direncanakan dimulai pada periode 2026-2027, dengan melibatkan kerja sama strategis dari sejumlah perusahaan energi global ternama, termasuk PetroChina, Sinopec, Ormat, dan Norinco International.
Komisaris Utama Ardhantara, Anggara Suryawan, menegaskan bahwa akuisisi ini merupakan langkah kunci untuk memperkuat pijakan di industri energi bersih, memanfaatkan pondasi FUTR sebagai perusahaan terbuka. Selain panas bumi, Ardhantara juga tengah menyiapkan ekspansi FUTR ke sektor EBT lainnya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), serta pengembangan LPG dan Green Methanol sebagai bagian dari strategi integrasi EBT yang komprehensif. Dengan transformasi bisnis yang dijalankan, FUTR dinilai memiliki momentum kuat untuk menuju level perusahaan energi terbarukan besar dan, untuk memperkuat permodalan, perusahaan juga tengah menyiapkan aksi rights issue dalam waktu dekat.
Transformasi ini pun disambut positif oleh pasar, tercermin dari kenaikan signifikan harga saham FUTR yang telah melonjak ratusan persen dalam beberapa bulan terakhir sebelum sempat disuspensi. Ardhantara menargetkan agar kapitalisasi pasar FUTR dapat menyamai perusahaan sejenis yang sudah lama beroperasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), mempertegas posisinya sebagai calon pemimpin energi hijau yang ambisius di tengah dorongan transisi energi nasional.