Peneliti Temukan Mikroplastik di Otak Semua Manusia yang Diteliti
Depok, - Sebuah studi terbaru dari University of New Mexico mengungkap temuan mengejutkan: mikroplastik ditemukan di 100% sampel otak manusia yang dianalisis. Penelitian ini dilakukan terhadap jaringan otak dari 54 autopsi, dengan hasil menunjukkan bahwa setiap sampel mengandung partikel plastik setara dengan berat satu sendok plastik penuh.
Mikroplastik adalah potongan plastik berukuran kurang dari 5 milimeter yang tidak larut dalam air. Partikel ini telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk kanker kulit, payudara, serviks, kolorektal, dan testis, serta gangguan neurologis seperti Alzheimer dan demensia. Studi menunjukkan bahwa individu dengan demensia memiliki hingga sepuluh kali lebih banyak mikroplastik di jaringan otaknya dibandingkan mereka yang tidak mengalami kondisi tersebut.
Peneliti utama, Profesor Matthew Campen, menyatakan bahwa kadar mikroplastik di otak manusia meningkat 50% dalam delapan tahun terakhir, seiring dengan lonjakan polusi plastik global. Timnya menggunakan teknik kimia khusus untuk melarutkan jaringan otak dan mengisolasi partikel plastik, yang kemudian dianalisis melalui emisi gas saat dipanaskan. Sebanyak 12 jenis polimer plastik terdeteksi, dengan polietilena sebagai yang paling umum—bahan yang banyak digunakan dalam kemasan dan botol.
Partikel plastik yang ditemukan berukuran sangat kecil, bahkan ada yang hanya 200 nanometer, cukup kecil untuk menembus penghalang darah-otak. Setelah masuk, partikel ini berpotensi memicu peradangan, mengganggu sinyal neurologis, dan mempercepat penuaan sel otak.
Mikroplastik diyakini masuk ke tubuh melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Campen mengungkap bahwa daging yang dibeli di toko juga mengandung kadar mikroplastik yang signifikan. Proses irigasi pertanian dengan air tercemar plastik dan penggunaan limbah ternak sebagai pupuk diduga menjadi sumber utama akumulasi partikel ini dalam rantai makanan.
Studi tambahan dari Ocean Conservancy menunjukkan bahwa produk protein olahan seperti nugget ayam, stik ikan, dan burger nabati memiliki kandungan mikroplastik lebih tinggi dibandingkan makanan yang minim proses.
Sebagai respons, para ahli kesehatan menyarankan penggunaan wadah kaca atau baja tahan karat, pemasangan filter air, dan pemilihan bahan alami untuk mengurangi paparan mikroplastik. Temuan ini mendorong seruan global untuk regulasi yang lebih ketat terhadap produksi plastik dan pengelolaan limbah, demi melindungi kesehatan manusia dari ancaman yang tak terlihat namun meluas.

