Mengenal Ecoprint, Teknik Pewarnaan Ramah Lingkungan yang Kian Populer di Indonesia
Depok, majalahinspira.com - Dunia mode dan kerajinan tekstil kini semakin menaruh perhatian pada isu keberlanjutan, mendorong lahirnya berbagai inovasi ramah lingkungan. Salah satu yang kian mencuri perhatian adalah ecoprint, sebuah teknik pewarnaan alami yang memanfaatkan pigmen dari dedaunan dan bunga untuk menciptakan motif unik pada kain. Teknik ini tidak hanya menawarkan keindahan visual yang otentik, tetapi juga menjadi alternatif berkelanjutan dari pewarnaan kain yang seringkali menggunakan bahan kimia berbahaya.
Secara harfiah, ecoprint merupakan gabungan dari kata "eko" yang merujuk pada ekosistem atau alam, dan "print" yang berarti mencetak. Sesuai namanya, proses pembuatannya melibatkan transfer pigmen warna dan bentuk dari bahan-bahan alami seperti daun, bunga, batang, atau bahkan ranting langsung ke permukaan kain. Ecoprinting dapat diterapkan pada berbagai media berbahan serat alami seperti katun, sutra, linen, atau wol, yang memiliki kemampuan menyerap warna dengan baik. Keunikan dari setiap karya ecoprint terletak pada hasil akhirnya yang selalu berbeda, bahkan ketika menggunakan bahan dan pola yang sama. Hal ini menjadikannya produk yang eksklusif dan bernilai seni tinggi.
Secara teknis, ada dua metode utama yang sering digunakan dalam pembuatan ecoprint. Pertama adalah teknik steaming (pengukusan), di mana bahan-bahan alami ditempelkan pada kain, digulung dengan erat menggunakan pipa, lalu dikukus selama beberapa jam untuk mengikat warna. Kedua, teknik pounding (pemukulan), yang dianggap lebih sederhana. Dalam teknik ini, daun atau bunga diletakkan di atas kain dan dipukul dengan palu hingga pigmen warnanya tercetak sempurna. Sebelum proses pencetakan, kain biasanya melalui tahap scouring (pembersihan) dan mordanting (pengikatan warna) menggunakan larutan alami seperti tawas agar warna yang dihasilkan lebih tahan lama dan tidak mudah luntur.
Meski dipopulerkan oleh seniman tekstil asal Amerika Serikat, India Flint, pada awal tahun 2000-an, teknik ecoprint telah menemukan tempatnya di Indonesia. Kekayaan flora tropis yang melimpah di tanah air memungkinkan para pengrajin untuk mengeksplorasi berbagai jenis daun dan bunga, menghasilkan palet warna dan motif yang kaya serta khas. Di tengah tren slow fashion dan meningkatnya kesadaran akan dampak lingkungan, ecoprint menjadi salah satu solusi kreatif dan ekonomis yang membuka peluang usaha baru bagi masyarakat lokal.

