Gen Z Dinilai Bukan Malas, Tapi Ahli dalam Mengelola Energi Secara Rasional
Depok, majalahinspira.com — Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, kerap mendapat label sebagai generasi pemalas atau kurang ambisius. Namun, menurut Katrien Devolder, profesor etika terapan dari Universitas Oxford, anggapan tersebut keliru dan tidak mencerminkan kenyataan. Ia menyebut bahwa Gen Z justru merupakan “master of justified effort management” atau ahli dalam mengelola usaha secara rasional dan terukur.
Dalam esainya, Devolder menjelaskan bahwa Gen Z tumbuh dalam budaya yang menuntut pencapaian konstan, sehingga banyak dari mereka mengalami tekanan untuk selalu produktif. Alih-alih mengikuti pola kerja berlebihan seperti generasi sebelumnya, mereka memilih untuk menetapkan batasan yang sehat terhadap pekerjaan dan energi yang mereka keluarkan.
Devolder menekankan bahwa keputusan untuk membatasi usaha bukanlah bentuk kemalasan, melainkan strategi yang masuk akal. Ia menyebut bahwa faktor seperti kelelahan mental, diskriminasi terhadap gaya kerja yang berbeda, atau prioritas hidup yang lebih seimbang bisa menjadi alasan sah untuk tidak terus-menerus “berusaha lebih keras.”
Label “malas” menurutnya berasal dari warisan etos kerja Protestan dan nilai-nilai kapitalisme yang mengagungkan kerja keras tanpa henti. Ia mengajak masyarakat untuk mempertimbangkan konteks sebelum menilai seseorang, karena apa yang tampak sebagai kemalasan bisa jadi adalah bentuk kebijaksanaan dalam mengelola energi dan menjaga kesehatan mental.
Pendekatan Gen Z terhadap kerja dan produktivitas dinilai bisa menjadi pelajaran berharga bagi generasi sebelumnya, terutama dalam hal menetapkan batasan dan menjaga keseimbangan hidup. Dalam era kerja fleksibel dan tekanan digital, kemampuan untuk mengatur usaha secara bijak menjadi keterampilan penting yang patut diapresiasi.