Ternyata Lambang Garuda Pancasila Sudah Mengalami Beberapa Kali Revisi!
Depok, majalahinspira.com – Lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila, mengalami beberapa kali revisi signifikan sebelum akhirnya menjadi simbol nasional yang kita kenal saat ini. Proses ini mencakup transformasi dari konsep antropomorfis hingga bentuk rajawali yang penuh makna.
Pada awalnya, rancangan lambang Garuda Pancasila dibuat oleh Sultan Hamid II dari Pontianak. Desain ini mengadopsi bentuk antropomorfis: Garuda setengah manusia, setengah burung. Namun, bentuk tersebut ditentang oleh Partai Masyumi karena dinilai terlalu mitologis dan feodal.
Setelah itu, rancangan diubah menjadi figur rajawali yang lebih natural dan realistis, tanpa unsur manusia. Desain ini mendapat persetujuan dan diterima secara resmi oleh kabinet RIS pada 11 Februari 1950.
Namun, perubahan tidak berhenti di situ. Presiden Soekarno meminta sentuhan akhir agar lambang itu lebih khas Indonesia. Pelukis istana, Dullah, diperintahkan untuk menambahkan jambul di kepala Garuda dan mengubah posisi cakar agar mencengkeram pita bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika” dari depan, bukan dari belakang. Revisi ini dilaksanakan pada 20 Maret 1950 dan menjadi bentuk final yang kemudian digunakan.
Setiap elemen dari lambang ini juga memuat makna simbolis mendalam. Jumlah helai bulu yaitu17 di sayap, 8 di ekor, 19 di pangkal ekor, dan 45 di leher yang merepresentasikan tanggal kemerdekaan Indonesia, yakni 17 Agustus 1945.
Perjalanan panjang penciptaan Garuda Pancasila bukan sekadar soal desain visual, melainkan proses berpikir simbolis, historis, dan nasional. Dari ide antropomorfis, pertimbangan estetika dan ideologi, hingga detail simbolik, lambang ini lahir melalui negosiasi dan kesepakatan para pendiri bangsa.
Ternyata bukan hanya kerjaan desainer grafis saja ya yang sering kena revisi sama klien.