Lomba 17 Agustus Paling Unik dari Berbagai Daerah
Depok, majalahinspira.com – Perayaan HUT RI pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya tak hanya dihiasi bendera dan lagu nasional, tapi juga berbagai lomba khas dari sejumlah daerah mulai yang ringan hingga yang melekat kuat dengan budaya setempat. Beberapa di antaranya bahkan masuk kategori unik dan menarik perhatian tak hanya warga lokal, tetapi juga wisatawan dan pihak pemerintah provinsi.
Salah satu yang paling menonjol adalah pacu kude di Aceh Tengah. Lomba pacuan kuda tanpa pelana ini sudah berlangsung sejak masa kolonial Belanda dan kini dijadikan simbol semangat perjuangan rakyat Aceh dalam memperingati kemerdekaan. Keunikan lainnya, kuda dalam pacuan ini merupakan hasil persilangan antara kuda Australia dan kuda Gayo, yang berasal dari enam kabupaten di provinsi tersebut .
Sementara itu di Kalimantan Selatan, terdapat lomba dayung perahu naga di Sungai Martapura, Banjarmasin. Sejak 1924, perahu berisi tim mendayung panjang melintasi sungai, selain menjadi tontonan meriah juga dijadikan ajang mencari bibit atlet mendayung potensial.
Di Kota Semarang, tradisi lari obor estafet juga sudah berlangsung lebih dari tiga dekade, terutama di Kelurahan Papandayan. Lomba di malam hari ini membawa makna simbolis yaitu obor melambangkan semangat para pahlawan kemerdekaan RI yang terus menyala di benak masyarakat.
Tak kalah ekstrem, masyarakat Kebumen di Jawa Tengah menggelar lomba sepak bola durian. Alih‑alih bola plastik atau karet, digunakan buah durian sebagai bola pertandingan. Karena risikonya tinggi, peserta biasanya hanya berasal dari organisasi tertentu dan diawali doa bersama agar acara berjalan selamat.
Pemanasan fisik juga terjadi di Lombok lewat tradisi Peresean, adu ketangkasan yang melibatkan dua pepadu dengan rotan dan perisai kulit sapi atau kerbau. Bukan sekadar pertarungan, Peresean merupakan simbol persaudaraan dan keberanian seorang pria Sasak yang diuji dengan adab kesatria .
Di Palembang, Sumatera Selatan, uniknya Telok Abang yang merupakan lomba bermain mainan gabus berbentuk kapal, pesawat, atau kereta dengan telur rebus yang dicat merah ditempatkan di tengahnya. Tantangannya: menjaga agar telur tak jatuh selama permainan.
Beragam lomba unik tersebut membuktikan bahwa spirit kemerdekaan di Indonesia bukan hanya soal upacara, tetapi juga kearifan lokal yang mampu menyatukan warga lintas generasi lewat kreativitas. Tradisi semacam ini tetap dipertahankan sebagai warisan budaya, sekaligus media edukasi anak muda agar mengenal nilai gotong royong, keberanian, dan persaudaraan.
Meskipun lomba seperti sepak bola durian atau pacu kude terbilang berisiko atau hanya dilaksanakan di wilayah tertentu, mereka memberikan dimensi berbeda dari perayaan nasional yang identik dengan panjat pinang dan lomba balap karung. Kemeriahan semacam ini menyuntikkan warna baru berupa identitas daerahnya masing‑masing.