Jensen Huang: Jika Saya Berusia 20 Tahun di Tahun 2025, Lebih Baik Belajar Fisika Daripada Coding
Depok, majalahinspira.com – CEO NVIDIA, Jensen Huang, membuat pernyataan yang cukup mengejutkan ketika ditanya mengenai apa yang akan dilakukannya jika diberi kesempatan kembali menjadi diri yang berusia 20 tahun. Huang mengaku akan memilih untuk mendalami ilmu fisika dan ilmu pengetahuan fisik ketimbang programming atau ilmu perangkat lunak.
Pernyataan ini ia sampaikan dalam kunjungan terkini ke Beijing. Seorang jurnalis bertanya, “Jika Anda adalah versi Jensen yang berusia 20 tahun dan baru lulus pada tahun 2025 dengan ambisi yang sama, apa yang akan Anda fokuskan?” Huang menjawab bahwa dirinya akan mengarahkan diri pada ilmu fisika dan ilmu-ilmu fisik lainnya, bukan software sciences.
Huang menekankan bahwa gelombang berikutnya dalam perkembangan kecerdasan buatan akan membutuhkan pemahaman mendalam tentang dunia fisik. Ia menyebut pendekatan tersebut sebagai “Physical AI”, yang mengharuskan sistem AI memahami hukum fisika seperti gesekan, inersia, dan sebab-akibat. Teknologi ini dianggap penting untuk menciptakan kemampuan reasoning AI yang dapat digunakan dalam robotika.
Dalam perjalanan kariernya, Huang meraih gelar sarjana Teknik Elektro dari Oregon State University pada usia 20 tahun, kemudian master dari Stanford pada tahun 1992. Pada tahun 1993 ia mendirikan NVIDIA bersama Chris Malachowsky dan Curtis Priem, yang kini menjadi perusahaan publik dengan kapitalisasi pasar mencapai lebih dari 4 triliun dolar AS.
Menurut Huang, evolusi AI telah melewati beberapa tahap penting: dari “Perception AI” yang memfokuskan pada pengenalan visual, ke “Generative AI” yang mampu membentuk teks dan kode, dan kini memasuki era “Reasoning AI” yang bisa memecahkan masalah baru. Tahapan berikutnya adalah fisik: AI yang bisa memahami interaksi dunia nyata dalam bentuk robot atau otomatisasi industri canggih.
Huang yakin bahwa sepuluh tahun ke depan, Physical AI tidak hanya akan menyasar kecerdasan digital, tetapi muncul dalam aplikasi nyata seperti robot industri dan solusi otomatis yang membantu mengatasi kekurangan tenaga kerja. Ia melihat peluang besar dalam robotika sebagai perluasan logis dari AI fisik tersebut