Hepatitis Global: Pencegahan dan Strategi di Hari Hepatitis Internasional
Depok, majalahinspira.com – Setiap tanggal 28 Juli diperingati sebagai World Hepatitis Day untuk meningkatkan kesadaran tentang hepatitis dan memicu tindakan serius pencegahan, diagnosis, serta pengobatan. Tema tahun 2025 “Hepatitis: Let’s Break It Down” menyerukan upaya keras untuk membongkar hambatan finansial, sosial, dan struktural—termasuk stigma—yang menghalangi akses layanan vaksinasi, skrining, dan pengobatan hepatitis sebagai bagian dari sistem kesehatan nasional.
Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh virus jenis A, B, C, D, dan E. Diperkirakan lebih dari 325 juta orang hidup dengan hepatitis kronis, dan sekitar 1,3 juta jiwa meninggal setiap tahun akibat komplikasi seperti sirosis atau kanker hati. Di Indonesia, bersama Tiongkok dan India, menempati 50% beban global hepatitis B dan C di dunia pada tahun 2022.
Gejala hepatitis B termasuk mudah lelah, mual, hilangnya nafsu makan, nyeri perut, mata atau kulit menguning (jaundice), urine gelap, dan nyeri sendi. Virus ini menyebar melalui darah dan cairan tubuh seperti hubungan seksual tanpa kondom, penggunaan jarum suntik bersama, transfusi darah, atau dari ibu ke anak saat lahir. Hepatitis A dan E lebih banyak menular lewat makanan atau air yang tercemar.
Pencegahan hepatitis B paling efektif adalah vaksinasi yang diberikan segera setelah lahir dalam 24 jam dan dilanjutkan beberapa dosis lanjutan. Vaksin ini memiliki efektivitas hingga 98–100 % dan telah diadopsi di lebih dari 190 negara hingga akhir 2021. Pakar kesehatan juga mengingatkan pentingnya vaksinasi hepatitis B untuk orang dewasa yang belum menerima saat bayi, terutama bagi kelompok risiko tinggi seperti petugas medis, wanita hamil, dan penerima transfusi darah.
Deteksi dini melalui skrining rutin terutama untuk hepatitis B dan C sangat dibutuhkan mengingat banyak kasus tanpa gejala awal namun tetap dapat menyebabkan kerusakan hati dan kanker. Skrining penting pula untuk menekan transmisi dari ibu ke bayi. Praktik medis yang aman seperti penggunaan jarum steril, pemeriksaan darah transfusi yang aman, dan harm reduction untuk pengguna narkoba suntik juga perlu dijalankan.
Pada Hari Hepatitis Dunia tahun ini, beberapa komunitas dan lembaga kesehatan mengadakan kegiatan pemeriksaan gratis dan edukasi. Di Prayagraj, kota kecil di India, kamp gratis dilakukan melibatkan ratusan peserta desa untuk skrining dan edukasi hepatitis. Para dokter menekankan vaksinasi, pengenalan gejala seperti kelelahan, jaundice, dan pentingnya deteksi dini untuk mencegah komplikasi serius seperti kanker hati. Di Delhi, kasus hepatitis A dan E meningkat hingga 30–40 % akibat kualitas air buruk dan sanitasi lemah, menyerukan kembali pentingnya kebersihan, konsumsi air aman, serta vaksinasi dan edukasi masyarakat.
Pemerintah dan organisasi kesehatan global menekankan bahwa hepatitis sebenarnya dapat dicegah, diobati, dan untuk hepatitis C bahkan dapat disembuhkan jika terdeteksi tepat waktu. WHO menetapkan target mengakhiri ancaman hepatitis sebagai masalah kesehatan publik pada tahun 2030 dengan memperkuat kebijakan vaksinasi, akses pengobatan, dan layanan terpadu yang inklusif tanpa stigma.
Masyarakat diimbau untuk memahami bahwa mitos seperti hepatitis hanya terjadi akibat alkohol atau makanan tercemar dapat menghambat deteksi dini dan mendorong diskriminasi. Setiap individu memiliki peran dalam edukasi, vaksinasi lengkap, tes darah bila berisiko, dan menjalani gaya hidup sehat agar hepatitis tidak menjadi ancaman bagi masa depan.
Keberhasilan eliminasi hepatitis global pada 2030 akan sangat bergantung pada sinergi antara pemerintah, tenaga medis, komunitas, dan warga. Dengan vaksinasi yang luas, skrining rutin, akses pengobatan yang terbuka, serta keberanian melawan stigma, hepatitis bukan lagi ancaman yang tidak bisa diatasi.