Post Page Advertisement [Top]

space iklan

Waspada! Permukaan Tanah Jakarta Semakin Menurun

Majalah Inspira+ - Penulis


Opini dari Bang Fadel Muhammad Akbar TS 2018 (Asisten Tenaga Ahli Teknik Sipil PT Infra Tama Yakti)

Depok, majalahinspira.com - Penurunan tanah atau land subsidence adalahmpenurunan muka tanah karena adanya gerakan yang terjadi pada material di bawah tanah. Penurunan ini bisa terjadi secara perlahan atau tiba-tiba. Daerah yang berdekatan dengan pantai paling berdampak dalam penurunan tanah ini diantaranya, Cengkareng, Penjaringan, Pantai Mutiara, Pantai Indah Kapuk, Ancol, Cilincing, dan Cakung. Bayangkan saja, untuk saat ini permukaan tanah Jakarta hanya di bawah 10 meter dari dasar permukaan laut. “Sebagai reminder saja, waktu itu pernah saya cek ketinggian tanah Jakarta memang tidak muncul dari dasar permukaan, cuma beberapa meter dari permukaan laut gitu, tidak terlalu tinggi. Di bawah 10 meter kalo ga salah.” Ungkap Fadel Muhammad Akbar lulusan Teknik Sipil 2022. 

Jakarta menjadi salah satu kota yang mengalami penurunan tanah paling cepat di dunia, dengan tingkat penurunan mencapai 2 – 15 cm per tahun dalam lima puluh tahun terakhir, bahkan mencapai 20 – 28 cm di beberapa lokasi tertentu (Abidin et al., 2011).  Dari tahun 1982 hingga 1991, tingkat penurunan permukaan tanah mencapai 1- 9 cm per tahun. Selanjutnya, pada periode 1991 hingga 1997 dan 1997 hingga 2011, tingkat penurunan tanah meningkat menjadi 1 – 25 cm per tahun dan 1 – 28 cm per tahun (Abidin et al., 2011).

Menurut Fadel salah satu penyebab dari penurunan tanah Jakarta yaitu, dengan pengambilan air tanah menggunakan proses pompa yang berlebihan. “Penggunaan air tanah, mungkin bisa kita bilang pakai pompa untuk menyedot air tanah, itu lama-lama rumah atau area kita turun.” Jelasnya. Selain itu, penurunan tanah disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, beban bangunan karena banyaknya warga yang tinggal di Jakarta, pengambilan minyak dari dalam bumi, dan banyaknya proyek konstruksi juga dapat berpengaruh dalam hal ini. Kekhawatiran-kekhawatiran mulai muncul sebagai warga Jakarta. Selain terancam tenggelam, penurunan tanah juga berdampak pada air tanah yang telah tercampur dengan air laut. Apalagi banyaknya masyarakat yang bergantung pada air tanah untuk kebutuhan sehari-hari.

“Yang paling mengerikan itu di Jakarta Utara memang, ketika air tanahnya sudah bercampur dengan air laut. Sehingga, ketika mengambil air tanah itu rasanya sudah asin.” Jelas Fadel. Bakteri yang terdapat dalam air laut sangat berbahaya untuk dikonsumsi. Jika air tanah yang telah terkontaminasi dikonsumsi terus menerus dapat menyebabkan penyakit seperti mual, diare, pusing, bahkan infeksi hepatitis A. Air tanah yang mengandung timah jika dikonsumsi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan hipertensi, gangguan ginjal, dan gangguan tumbuh kembang anak.

Untuk mengembalikan muka tanah, solusi yang dapat dilakukan untuk saat ini dengan mengganti penggunaan air tanah dengan Perusahaan Air Minum (PAM). “Jadi penggunaan air tanah sudah seharusnya menjadi pertimbangan. Tapi memang PAM itu masih mengembangkan layanannya agar bisa lebih menjangkau masyarakat. Masih banyak yang perlu ditingkatkan.” Ungkap Fadel. Selain itu, hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi penurunan tanah, yaitu dengan menggunakan air tanah dengan efisien, mengumpulkan air hujan yang selanjutnya diolah menjadi air bersih, membangun sumur-sumur resapan dan sumur injeksi dapat berguna untuk menambah volume air tanah.

Artikel ini diolah oleh Andini Tita Melinda TGP 2016

Bottom Ad [Post Page]

Sivitas

Profile

Tech

Biz

Creative

Sandbox

Sports