Persaingan Satelit Orbit Rendah Meningkat, Starlink Hadapi Tantangan Baru di 2025
Depok, majalahinspira.com – Layanan internet berbasis satelit orbit rendah atau Low Earth Orbit (LEO) tengah memasuki babak baru persaingan global. Setelah mendominasi pasar dengan ribuan satelit aktif, Starlink milik SpaceX kini menghadapi kompetitor-kompetitor baru dari berbagai negara, termasuk Rusia, Tiongkok, dan sejumlah perusahaan teknologi lainnya.
Pada tahun 2025, Rusia mengumumkan rencana peluncuran sistem satelit internet berkecepatan tinggi yang diklaim setara dengan Starlink. Proyek ini akan dijalankan oleh perusahaan milik negara dan ditargetkan mulai mengudara pada akhir tahun. Satelit tersebut dirancang untuk menjangkau wilayah terpencil di Rusia serta pasar luar negeri, termasuk negara-negara berkembang yang belum terjangkau internet stabil.
Tidak hanya Rusia, Tiongkok juga mempercepat pengembangan konstelasi satelit mereka, Guowang. Sistem ini rencananya akan mencakup lebih dari 13.000 satelit dalam beberapa tahun ke depan dan menjadi bagian dari strategi nasional untuk kemandirian teknologi dan infrastruktur digital.
Di luar itu, perusahaan-perusahaan seperti Amazon melalui proyek Kuiper, serta OneWeb dari Inggris, turut memperluas kapasitas dan cakupan layanan mereka di berbagai belahan dunia. Para pesaing ini membawa pendekatan berbeda, mulai dari integrasi langsung dengan jaringan telekomunikasi lokal hingga penyediaan layanan hibrida antara satelit dan jaringan terestrial.
Persaingan ini tidak hanya memicu inovasi dari sisi teknologi, tetapi juga menimbulkan implikasi geopolitik dan ekonomi. Negara-negara kini berlomba menyediakan internet cepat sebagai bagian dari kedaulatan digital mereka. Selain itu, kepadatan satelit di orbit rendah mulai menjadi perhatian, dengan perlunya koordinasi internasional untuk mencegah tabrakan dan gangguan lintas sistem.
Bagi Indonesia, tren ini membuka peluang sekaligus tantangan. Di satu sisi, kehadiran berbagai penyedia satelit orbit rendah memungkinkan akses internet lebih merata ke wilayah-wilayah terpencil. Di sisi lain, pemerintah harus cermat mengatur izin operasional, regulasi frekuensi, serta perlindungan data dan keamanan nasional.
Dengan semakin banyaknya pesaing Starlink yang mengudara, lanskap konektivitas global dalam beberapa tahun ke depan diprediksi akan berubah secara signifikan. Persaingan ini menjadi indikator bahwa internet berbasis satelit bukan lagi sekadar inovasi, melainkan bagian dari infrastruktur strategis masa depan.